3.1.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun
mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching
them what counts is best)
Bob Talbert
____________________________________________________________
Tahapan ke-7 dari Alur MERRDEKA adalah Koneksi Antarmateri. Pada kesempatan ini saya akan membuat Koneksi Antarmateri dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Dalam
Tahapan Koneksi Antarmateri kali ini, CGP membuat kesimpulan (sintesis)
dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media. Bentuk
rangkuman dapat dibuat dalam bentuk tulisan sebuah blog atau dalam bentuk
sebuah presentasi video yang dimuat di media sosial.
Berikut
ini adalah tulisan blog koneksi antarmateri yang saya buat
dengan mengacu pada berbagai pertanyaan panduan yang telah disediakan pada LMS.
Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka
memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai
seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Ki
Hajar Dewantara adalah seorang aktivis
pergerakan kemerdekaan Indonesia dan juga pelopor pendidikan bagi kaum pribumi
Indonesia. Beliau mencetuskan asas-asas pendidikan yang kita kenal sebagai
Patrap Triloka. Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan, yaitu Ing
ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, dan Tut
wuri handayani, yang artinya "Di depan memberi teladan",
"Di tengah membangun motivasi", dan "Di belakang memberikan
dukungan".
Sebagai
seorang guru, baik atau tidak karakternya, memang sudah dipandang sebagai
seorang yang diteladani di tengah masyarakat. Oleh karena itu, pembentukan
nilai diri harus diupayakan dalam upaya menjadi teladan bagi muridnya. Lumpkin
(2008) menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka
tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral.
Keputusan-keputusan yang diambil oleh seorang guru yang memiliki nilai-nilai
kebaikan dalam dirinya akan mampu melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah
masyarakat melalui murid-murid mereka.
Sebagai
pemimpin pembelajaran, seorang guru harus mampu memberikan teladan atau contoh
praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran, seorang guru harus mampu memberikan karsa atau usaha keras
sebagai wujud filosofi Pratap Triloka Ing madyo mangun karsa dan
pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil
keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong
yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada
prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan
keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan
pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama
dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan
keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri
kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu
oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya?
Bagaimana
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Dalam proses pengambilan keputusan
yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti
kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management),
kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship
skills). Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan
secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan,
konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir kesalahan dalam pengambilan
keputusan. Kesadaran akan aspek sosial emosional seorang guru di saat mengambil
keputusan juga dapat menekan perilaku seorang guru terutama saat dihadapkan
dengan permasalahan yang mengandung dilema etika. Di saat guru dihadapkan pada
kasus tertentu yang menuntutnya untuk memberi keputusan, mekanisme otak akan
mengarahkan diri untuk berhenti, kemudian menarik nafas panjang, hingga
memberikan waktu untuk memahami dengan baik kasus yang dihadapi. Guru yang
sudah dapat mengendalikan sosial emosional yang dimilikinya tidak adakan
tergesa-gesa dalam pengambilan keputusan. Teknik 9 langkah pengambilan
keputusan ini akan diterapkan sehingga keputusan yang diambil sudah memikirkan
kepentingan banyak pihak.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Sebagai
pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus juga mampu menginternalisasi
nilai-nilai reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak
didik disamping nilai-nilai universal. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru
untuk menentukan keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan
dan langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan
yang terjadi. Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan anak didik dapat
tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap
permasalahan yang terjadi.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman?
Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit
dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus
dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di
lingkungan Anda?
Ketika
dihadapkan dengan situasi dilema etika tentu adakalanya kita mengalami
kesulitan-kesulitan dalam menjalankan pengambilan keputusan tersebut. Kesulitan
yang dihadapi ketika menghadapi kasus dilema etika adalah ketika menentukan
keputusan yang akan diambil apakah keputusan yang diambil tersebut dapat
memberikan dampak baik bagi banyak orang, memberikan rasa keadilan, menegakkan
nilai kebenaran, dan baik untuk jangka panjang. Pada dasarnya dalam kasus dilema
etika semua keputusan baik. Hanya yang benar-benar diperhatikan adalah prinsip
pengambilan keputusan itu sendiri apakah berbasis hasil akhir, berbasis
peraturan, atau berbasis rasa peduli. Kesulitan lain yang saya alami adalah
masih minimnya pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki dalam menyelesaikan
situasi permasalahan yang dihadapi, kekhawatiran apakah keputusan yang diambil
merupakan keputusan yang tepat dan dapat mengakomodir kepentingan orang banyak serta tidak mencederai pihak lainnya, dan
adanya perbedaan mindset dan sudut
pandang yang menyebabkan sulitnya menemukan solusi atau kesepakatan yang dapat
diterima oleh setiap pihak yang terlibat.
Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil
ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat
mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Seorang
pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan dapat mempengaruhi kehidupan
atau masa depan murid. Keputusan yang diambil tentu saja dapat mempengaruhi
masa sekarang dan masa depan murid. Pengambilan keputusan yang tepat akan
berdampak pada perubahan murid ke depannya. Bisa dikatakan bahwa masa depan
murid bisa saja tergantung dari keputusan yang diambil guru saat ini. Contoh
sederhana pada saat kita membuat keputusan untuk kasus Rehan (pada LMS) antara
pilihan melaporkan Rehan kepada kepala sekolah yang bisa mengakibatkan Rehan
tidak lulus, atau membiarkan kasus Rehan yang dapat berdampak pada penumbuhan
karakter tidak jujur yang bisa mengakar dan menjadi kebiasaan dan dianggap
legal pada kehidupan berikutnya. Itu adalah contoh kasus yang ada dalam salah
satu materi PGP dan juga sering kita temui di lapangan. Oleh karena itu, untuk
bisa menghadirkan masa depan murid yang lebih baik, guru juga perlu
mempertimbangkan bentuk diferensiasi dan sosial emosional murid dalam
pembelajaran. Tujuannya agar keputusan pembelajaran yang kita lakukan sesuai
kebutuhan mereka saat ini dan masa depan. Dalam hal ini guru harus memberikan
bimbingan agar murid bisa mengambil keputusan terbaik bagi kehidupannya di masa
kini dan masa depan.
Apakah
kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Dalam melaksanakan proses pendidikan, seorang pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Kompetensi sosial-emosional seperti kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness), dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) merupakan hal-hal yang sangat penting untuk diterapkan dalam proses pengambilan keputusan sehingga proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada serta mampu memberikan kebahagiaan pada semua pihak baik bagi diri sendiri maupun orang lain, khususnya murid.
Selain itu, sebagai seorang guru sudah seharusnya mengubah mindset, bahwa pengajaran yang dilakukan adalah bentuk dari coaching. Melalui coaching ini guru sebagai pemimpim pembelajaran dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri. Dalam hal ini guru harus memberikan bimbingan agar murid bisa mengambil keputusan terbaik bagi kehidupannya di masa kini dan masa depan. Dengan demikian, pengambilan keputusan dalam pengajaran yang memerdekakan murid haruslah benar-benar berpusat pada murid. Hal ini sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
Demikian
Koneksi Antarmateri Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran yang telah saya buat, semoga bermanfaat.
S a l a m dan B a h a g i a
SALAM GURU PENGGERAK!
Komentar
Posting Komentar